Merajut asa Keberlanjutan Desa Sidomulyo, Via Green Financing BRI

Aktivitas agribisnis berbasis digital yang lebih cuan, yang mudah dihantarkan oleh aksi Green Financing BRI di desa Sidomulyo nanti. Semoga!

Tabungan Simpel, untuk pelajar menjadi celah generasi muda untuk jua ikut dalam green Financing BRI

Toyota Hilux putih, berjalan gagah melintasi jalanan desa Sidomulyo, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Minggu (3/12) lalu.

Kendaraan milik beberapa perusahaan tambang Batu Bara itu kerap berhenti di salah satu toko milik warga, berbelanja sebentar, kemudian bergegas berjalan lagi, ke lokasi tambang yang dekat dengan desa Sidomulyo.

Tak dipungkiri, jika aktivitas tambang Batu Bara yang masih beroperasi di sekitar desa Sidomulyo, menjadikan magnet perekonomian warga desa makin menggeliat, lewat hadirnya ragam UMKM-nya di sana.

Jika membandingkan dengan dahulu, pembangunan desa Sidomulyo kini juga sudah berkembang pesat.

Terutama pembangunan infrastruktur jalan desa-nya, yang siap mempersilahkan semua orang datang dimari.

Aku lantas berkesempatan mampir di sebuah warung Bakso, milik pak Paijo. Warung itu ramai sekali saat itu. Dan sepertinya, usaha bakso Paijo itu sangatlah menjanjikan untuk ditekuni.

Salah satu UMKM yang hadir di desa Sidomulyo, yang menjadikan harapan Eekonomi baru warga Sidomulyo
Salah satu UMKM yang hadir di desa Sidomulyo, yang menjadikan harapan Eekonomi baru warga Sidomulyo I Dokpri

Di pelupuk mata, sepetak lahan sawah yang ada di depan warung Bakso-nya, terlihat mengering, gersang, tak diurus.

Sembari menunggu seporsi Bakso datang, aku bertanya kepada bu Paijo, mengapa aktivitas bertani tidak semasif dahulu lagi, layaknya aktivitas sebuah desa yang asri?

Dia bercerita, semenjak hadirnya perusahaan tambang Batu Bara di tahun 90-an banyak warga yang –dahulu–  memilih beralih profesi menjadi karyawan tambang Batu Bara saja, ketimbang  meneruskan bertani atau berkebun.

Lahan persawahan yang ada di desa Sidomulyo yang tidak tergarap dan memerlukan green financing guna mengaktifkannya
Lahan persawahan yang ada di desa Sidomulyo yang tidak tergarap dan memerlukan green financing guna mengaktifkannya I Dokpri

Terlebih kala tanah milik mereka masuk ke dalam wilayah konsesi pertambangan, yang pasti mudah mendatangkan cuan berlipat kepada mereka, sebagai kompensasinya.

Tapi itu dulu. Kini, setelah aktivitas produksi pertambangan redup. Banyak warga desa Sidomulyo yang berpindah tempat tinggal, menjual tanahnya. Dan berganti generasi pendatang baru yang membeli tanah mereka, dan berbaur tinggal di desa Sidomulyo ini.

Fenomena itu memang menjadikan sebuah pilihan warga saja, bukan?

Pindah, atau bertahan dengan membuat aktivitas ekonomi baru, untuk bertahan melanjutkan kehidupan di sana, paska tidak bekerja di Perusahaan Batu Bara lagi?

Fenomena itu sekaligus akan mudah menyingkap, Mengapa banyak sekali aktivitas UMKM bermunculan di desa Sidomulyo, sebagai pilihan profesi baru warga, guna menjalani kehidupannya.

Harapanku pun bergemuruh dalam hati, bisakah suatu hari nanti, akan hadir generasi selanjutnya yang mampu menggarap kembali lahan bertani mereka yang luluh, akibat eksploitasi Batu Bara itu?

Ya layaknya aktivitas alami sebuah desa yang asri, yang mampu menjadikan lumbung pangan bangsa? Hemm.. Semoga!

Keberlanjutan, dan asa kebangkitan warga Sidomulyo

“Sebanyak-banyak nya uang yang kita miliki pasti akan habis, jika tidak pandai diputar”

Ungkapan itu lirih terucap dari warga lain, yang bersebelahan denganku, yang ikut jua menyantap kenikmatan Bakso Paijo kala itu,

Bu Eka, bercerita, jika dulu dia dan keluarganya hidup mapan, dengan –hanya– menjual lahan berkebunnya yang masuk ke dalam konsesi tambang, sekaligus suami dan anaknya juga dapat bekerja di Perusahaan Tambang itu,

Mereka lantas bisa membeli segalanya, termasuk membangun rumah permanen dan layak, di desa Sidomulyo itu.

Namun kini, dia harus bisa memanfaatkan uang miliknya itu, lewat usaha lain. Salah satunya adalah membangun toko Sembako, untuk keberlanjutan masa depan keluarganya.

Dia mengaku, ada saja keinginan untuk menggarap lahan sisa untuk berkebun seperti dahulu. Namun keinginan masih tertunda saja.

Meski ada saja godaan untuk menjual sisa tanahnya itu, dari orang kota, yang mereka akan gunakan sebagai tempat tinggal baru dimari.

Ah, ber-UMKM sudah menjadi urat nadi ekonomi warga Sidomulyo. Buktinya, disana mudah ditemukan kios bengkel, kios gorengan, kios yang menyaji aneka kulineran nikmat, lapak sayur-mayur dan buah, hingga toko Sembako di setiap jengkal wilayahnya.

Sesekali, kita akan jua mudah jumpai kios BRI Link. Dimana usaha kemitraan dengan Perbankan BRI itu kian masif juga diminati warga, dalam memenuhi  aktivitas pembayaran tagihan bulanan warga.

Dan terpenting hadirnya jasa pengiriman/pengambilan uang, hingga proses kredit modal usaha warga via BRI Link saja.

Lantas, ada juga hal yang –paling– menarik yang mudah disaksikan di desa Sidomulyo ini.

Lihatlah, di balik gemerlap semenisasi jalan desa, di sisi-sisi jalan itu terlihat rindang pohon-pohon aneka buah, yang mulai berdiri kokoh, menjadikan sebuah kanopi alam kala melaluinya.

Bibit pohon Mangga yang mulai tumbuh kokoh di jalan desa Sidomulyo, imbas  green finance Perbankan
Bibit pohon Mangga yang mulai tumbuh kokoh di jalan desa Sidomulyo, imbas positif green finance Perbankan IDokpri
Bibit Mangga yang dirawat warga Sidomulyo mulai menjadi kanopi alam yang rindang
Bibit Mangga yang dirawat warga Sidomulyo mulai menjadi kanopi alam yang rindang I Dokpri

Bibit aneka jenis pohon, mulai dari Jambu, Mangga, Alpukat hingga Durian yang mulai kokoh tumbuh itu, pasti menjadikan sebuah harapan, bukan?

Mungkin, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, bibit-bibit pohon aneka jenis buah itu, menjadikan tanda, jika nilai keberlanjutan yang didamba generasi selanjutnya, akan siap dipetik dari di desa Sidomulyo ini.

Dan kondisi itu lantas, akan mudah menandakan pula, jika tanah dan bumi desa Sidomulyo masih layak memproduksi hasil bumi pertanian dan perkebunan, seperti sedia kala.

Green Financing BRI, misi BRI wujudkan nilai keberlanjutan desa Sidomulyo

Sedari dulu, aktivitas eksploitasi memang hal yang tak terelakkan menjalankan agenda Pembangunan, bukan?

Dan diharapkan hasil eksploitasi apapun dari Bumi pertiwi, akan memberikan nilai kesejahteraan bagi setiap warga Indonesia.

Meski ya hukum alam pula, jika eksploitasi pastilah akan berbanding lurus dengan nilai degradasi yang akan hadir belakangan.

Oleh sebab itu, kini nilai keberlanjutan pada agenda pembangunan diorientasikan pada kelestarian lingkungan asri, dan kini –malah– sudah menjadikan sebuah strategi di dalam bisnis global.

Salah satunya, bagaimana setiap Perusahaan, ikut andil merespons ancaman perubahan iklim, bagi pengembangan semua lini bisnisnya.

Nah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu perusahaan yang tetap berkomitmen melaksanakan prinsip ESG.

Serta mendukung pencapaian tujuan pembangunan  berkelanjutan (TPB), atau Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia di tahun 2030.

Salah-satu aksi nyatanya yakni memasifkan  aktivitas Green Financing dan BRI menanam, yang kini dampaknya mulai dirasakan langsung oleh seluruh warga desa binaannya, termasuk desa Sidomulyo ini.

Mengenal Green Financing

Secara definisi, Green Financing merupakan pengadaan dan penggunaan dana untuk kegiatan, yang tujuannya melindungi lingkungan, dan memberikan fair return kepada investor.

Nah dalam kerja-kerja Green Financing, akan memberikan banyak keuntungan ekonomi, yang secara langsung mempromosikan keberlanjutan lingkungan.

Prakteknya adalah, setiap kebijakan green financing akan melibatkan pembiayaan publik guna mendorong implementasi inisiatif perlindungan lingkungan atau mitigasi kerusakan lingkungan.

Dalam sisi bisnis nya sendiri, prinsip green finance, akan meningkatkan arus keuangan dari institusi keuangan, ke agen ekonomi yang terlibat, dalam setiap proyek yang menjaga lingkungan yang bermuara pada tujuan pembangunan berkelanjutan yang dimaksud.

BritAma tanam Kebaikan

Nah, di periode 2 September hingga 30 November 2023 lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah menjalankan program khusus yang menerapkan prinsip green financing itu. salah satunya yakni BritAma tanam kebaikan, yang berkolaborasi dengan institusi BenihBaik.

Penanaman bibit pohon di desa Sidomulyo yang diinisiasi BRI mengenalkan dampak postif green finance I Kaltimpos
Penanaman bibit pohon di desa Sidomulyo yang diinisiasi BRI mengenalkan dampak postif green finance I Kaltimpos

Dalam program ini, publik diajak menanam kebaikan dengan cara menanam pohon menghijaukan lingkungan, guna membantu penyerapan emisi karbon, yang merajalela saja saat ini.

Kepedulian masyarakat itu, bisa dilakukan dengan mudahnya, yakni dengan hanya membuka rekening BRI minimal deposit Rp 1 juta, hingga akhir periode BritAma tanam kebaikan berlangsung.

Diharapkan langkah kecil itu, akan mudah memberikan kesempatan kepada kita –siapa saja–  yang peduli akan kelestarian alam ikut mendonasikan 1 bibit pohon untuk ditanam di bumi.

Skema program Britama menanam yang bisa diiikuti oleh Publik, untuk dapat mendonasi 1 bibit pohon untuk Bumi
Skema program Britama menanam yang bisa diiikuti oleh Publik, untuk dapat mendonasi 1 bibit pohon untuk Bumi

Kala sudah terdaftar sebagai nasabah BRI dan ikut dalam program itu.

Nasabah akan mendapatkan email, atau whatsapp blast, yang menghantarkan sertifikat keikutsertaan, terlibat penanaman bibit pohon, yang diwakilkan oleh pihak BenihBaik.

Dan tak lupa, kita sebagai nasabah BRI akn pula mendapatkan bukti penanaman dalam bentuk tree code atau kode pohon, yang bisa kita gunakan  untuk memonitor perkembangan hasil penanaman bibit tadi, via Website BenihBaik.

BRI menanam, memampukan kita selaraskan keberlanjutan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi

Pemandangan halaman rumah warga Sidomulyo merawat aneka bibit pohon I Dokpri
Pemandangan halaman rumah warga Sidomulyo merawat aneka bibit pohon I Dokpri

Zaman boleh berganti, namun karakter pedesaan  yang menjadi tumpuan bumi untuk menyerap emisi karbon dampak aktivitas perkotaan yang semakin massif kini, haruslah tetap terjaga.

Oleh sebab itu, dampak program BritAma menanam harus benar-benar teruji akan mampu menjadi penawar ancaman perubahan iklim yang mudah mengundang bencana alam dimana-mana.

Dan, bersyukur akhirnya program BritAma menanam itu sampai jua di Desa Sidomulyo Kecamatan Anggana, Kalimantan Timur ini.

Dimana sebanyak 450 bibit tanaman, berhasil menjadikan harapan bumi, menantang ancaman perubahan iklim, yang sudah dihadirkan oleh ragam eksploitasi selama ini.

Hari Sabtu, tangal 20/8/2022 lalu, masyarakat Desa Sidomulyo bahu-membahu menyebar bibit-bibit aneka jenis buah itu, ke penjuru wilayah Desa yang gersang.

Diharapkan, masyarakat Desa Sidomulyo mampu menjaga dan merawat bibit-bibit pohon itu, dan mampu meraih doubble manfaat, dari fungsi biologis tanaman, dan juga hasil buahnya nanti.


“Kenapa kami memilih Desa Sidomulyo, karena desa ini merupakan Desa Brilian binaan BRI yang selama ini inklusi keuangannya bagus. Disini banyak agen BRILINK dan  aktif serta mampu menjembatani aktivitas perbankan BRI di desa. Jadi masyarakat bebas worry untuk melakukan aktivitas menabung, menarik ataupun transfer dana karena ada agen BRILINK yang siap membantu” dikutip dari laman kaltimpos

—Dwi Januar Ismet, Asisten Manager Bisnis Mikro, BRI Kantor Cabang Samarinda 1

BRI menanam menargetkan 1 juta bibit yang akan ditanam hingga di tahun 2023 ini. Setelah sebelumnya berhasil menanam 376 ribu  bibit pohon buah hingga September 2022, dengan target awal 750 ribu bibit pohon.

Adapun, jenis bibit tanaman yang Jenis bibit pohon yang telah dibagikan diantaranya adalah Durian (33,64%), Mangga (22,45%), Alpukat (21,80%), Jambu (5,79%), Jeruk (2,39%), dan jenis pohon lainnya (14,65%).

Penyaluran bibit pohon ini, dilakukan lewat 799 BRI unit, 236 Branch Office dan 17 Regional Office BRI di berbagai wilayah di Indonesia.

Saatnya melentingkan ekonomi desa Sidomulyo via Green Financing BRI

Geliat UMKM di desa Sidomulyo yang dirasakan kini merupakan sebuah momentum titik balik masyarakat untuk lebih berdaya.

Setelah selama ini, mereka terbuai dengan kekayaan alam yang kini menipis, dan memaksa mereka juga harus mencari celah aktivitas ekonomi yang lebih prospek.

Tapi jangan lupa! Pandemi yang pernah kita lalui menjadikan sebuah pelajaran ampuh, jika UMKM ternyata berhasil menjadi pondasi ekonomi terkuat masyarakat kelas bawah.

Terlebih lagi, Pandemi sudah pula mengajari banyak hal penting, tentang bagaimana bisnis digital juga seharusnya menjadi kekuatan UMKM untuk melempar produknya, lebih jauh dan lebih massif lagi.

Jika menengok  data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2022 saja, ternyata sudah ada 64 juta unit  UMKM hadir di penjuru Indoneisa.

Namun ternyata baru sekitar 19 juta unit UMKM saja yang mampu berbisnis digital .

Boston Consulting Group (BCG) dan Telkom Indonesia dalam surveinya terhadap 3700 UMKM, dominasi UMKM terkendala pada pembiayaan untuk mampu melakukan transformasi menuju bisnis digital itu.

Nah, kemitraan usaha BRILink yang mulai massif dikerjaan warga Sidomulyo, tentu akan mudah menjadikan sebuah template bisnis digital, yang menyadarkan kita jika begitu mudahnya berbisnis digital itu, bukan? 

Dan ide itu, harusnya juga mampu mengakselerasi transformasi UMKM mereka ke bisnis digital dengan mudahnya.

Lantas bagaimana dengan pembiayaannya? Tentu saja dengan kepedulian kita atas kelestarian Bumi saat ini, menjadikan sebuah alasan kuat, mudah ikut terlibat dalam proyek green financing BRI itu.

Ya dengan hanya menjadi nasabah BRI saja!

Nah, diharapkan dengan masifnya nasabah, yang ikut dalam aksi green Financing menjadikan sebuah celah baru, menyelaraskan keberlanjutan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi desa-desa kita yang tertinggal dan habis tereksploitasi untuk tetap berdaya.

Ah, hal itu, tentu akan juga mudah menjadikan sebuah harapan baru kita, bagaimana rangkaian proses tadi akan memacu produk UMKM untuk lebih kompetitif menyajikan desain produk agar menarik segmentasi pasar, dan menarget penjualan ke pelanggan lebih tepat,

Dan, akhirnya UMKM yang sudah mahir berbisnis digital, tentu akan memudahkan Digitalisasi BRI mengenali dan mengidentifikasi UMKM yang produktif tadi, untuk layak memenuhi persyaratan pembiayaan.

Nah, pendekatan teknologi digital itu, akhirnya akan berhasil menyederhanakan proses pembiayaan, sehingga lebih mudah dan lebih cepat, tersalurkan ke masyarakat.

Bibit pohon jenis Jambu air, sudah mulai kokh tumbuh dan berbuah. Buah manis atas aksi green financing BRI di desa Sidomulyo, Anggana, Kaltim I Dokpri
Bibit pohon jenis Jambu air, sudah mulai kokh tumbuh dan berbuah. Buah manis atas aksi green financing BRI di desa Sidomulyo, Anggana, Kaltim I Dokpri

Harapannya, –sekali lagi— desa-desa seperti desa Sidomulyo akan mampu mencipta generasi petani tangguh, besarta para Pahlawan UMKM yang akan menjadikan karakter aktivitas ekonomi sebuah Desa BRILiaN yang lebih kuat lagi.

Tentunya melalui aktivitas agribisnis berbasis digital yang lebih ber-cuan, dan pasti mudah dikolaborasikan dengan program Green Financing BRI untuk Indonesia.

Lantas bertanya, sudahkah kita ikut memasifkan green financing bagi mereka, dengan hanya menjadi nasabah di bank BRI saja?

Kamu juga harus baca artikel ini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!