Gelar Bangsawan Aji memiliki makna berilmu, dan dihormati. Gelar Bangsawan Aji, sudah menjadikan entitas kuat kebangsawanan di tanah Kutai. Terutama, kharisma gelar itu sangat lekat dirasakan pada prosesi upacara adat Erau yang diadakan oleh masyarakat Kutai Kertanegara, di Provinsi Kalimantan Timur.
Gelar kehormatan sang Aji itu menjadi sebuah penghormatan, dimana semua anggota keluarga Kesultanan Kutai kertanegara Ing Martapura melekatkan gelar Aji tadi di namanya.
Dahulu, Gelar Aji dikenakan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti, sang raja pertama Kutai Kertanegara. Raja yang menjabat pemerintahan kerajaan Kutai Kertanegara di Jahitan Layar atau Kutai Lama di tahun 1300-1325. Tradisi gelar Aji lantas diturunkan ke putranya, Paduka Nira.
Nah, selanjutnya tradisi gelar Aji kembali dilakukan oleh Paduka Nira kepada anaknya Aji Maharaja Sultan.
Dan di masa pemerintahan Aji Maharaja Sultan di abad ke-15 itulah, kebijakan kerajaan sudah mewajibkan keluarga besarnya menggunakan gelar Aji itu. Hal itu bertujuan, untuk mempertegas identitas keluarga kerajaan Kutai.
Nah mulai saat itu, gelar Aji terus saja bergulir, dan disematkan bagi keluarga besar keraton Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martapura, hingga kini.
Pemeringkatan Gelar Aji, apa saja?
Dalam pemeringkatan Gelar Aji, terdapat tujuh tingkatan gelar,
- Aji Sultan,
- Aji Ratu yang disandang Permaisuri,
- Aji Pangeran putra sultan,
- Aji Putri gelar bagi putri sultan
- Aji Raden
- Aji Bambang
- Aji Sayid
- Aji Syarifah
Nah untuk kedua gelar Aji Sayid dan Aji Syarifah, merupakan gelar yang diberikan oleh perempuan/lelaki yang bergelar Aji dan menikah dengan pasangannya yang memiliki keturunan Arab.
Lantas gelar Aji Bambang dan Aji Raden sendiri, adalah gelar kehormatan dari pihak kesultanan kepada staff keraton, seperti para menteri, dan juga pejabat penting di keratonan kesultanan.
Lantas apa Gelar Awang, Dayang dan juga Encek itu?
Nah, adapun Gelar kebangsawanan lain yang berlaku di tanah Kutai, yakni gelar Awang dan Dayang. Gelar Awang berarti abang atau kakak laki-laki tertua. Sedangkan gelar Dayang adalah, panggilan bagi sang anak perempuan yang istimewa.
Kedua istilah itu, Awang dan Dayang ternyata diambil dari bahasa Kerajaan Tuban Layar, sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Paser, Kaltim.
Muasal ketiga gelar itu, pertama kali dikenalkan di abad ke-15, kala Aji Maharja Sakti sang kakak tertua Aji Maharaja Sultan, mempersunting anak perempuan Raja Tuban Layar.
Dan seiring waktu, kala Aji Maharaja Sultan yang tengah berkuasa dan tidak dikaruniai seorang anak laki-laki, namun dikaruniai dua orang anak perempuan. Sang raja kemudian meminta kepada kakaknya Maharaja Sakti, untuk menjadikan anak laki-lakinya sebagai salah-satu istri anak sang raja Aji Maharaja Sultan.
Dan anak lak-laki Aji Maharaja Sakti yang bernama Temenggung Baya-Baya, bersedia memenuhi permintaan itu, untuk menikahi salah satu putrinya. Nah dari momen pernikahan itu, gelar Awang dan Dayang mulai menjadi panggilan khas di tanah Kutai secara umum.
Dengan demikian, laki-laki yang memiliki gelar Awang akan menurunkan gelar Awang, dan gelar Dayang kepada putra-putri mereka.
Lantas, seorang Dayang akan dapat menurunkan gelar yang sama pada putrinya. Nah apabila anaknya lelaki bukan wanita, maka boleh diberi gelar Awang Gantong.
Pemeringkatan Gelar Awang
Gelar awang memiliki pemeringkatan gelar jua, apa saja itu
- Awang, sebagai sebutan kepada anak lelaki yang lebih tua, dan istimewa
- Awang Mas, sebutan bagi tokoh atau keturunan Awang yang memiliki jasa bagi kesultanan
- Awang Nik, ini adalah tingkatan tertinggi bagi gelar Awang. Dan ternyata gelar ini disematkan kepada seseorang atas jasa yang besar dan berpengaruh bagi kesultanan. Salah satunya adalah panglima kerajaan Kutai, yakni Awang Long yang bergelar Nik.
Lantas apa itu gelar Encek? Gelar Encek ini berlaku di lingkungan Keraton Kutai, yang merupakan panggilan bagi mereka yang bersuku Melayu. Nah biasanya mereka yang bergelar Encek ini, adalah para cendekiawan yang mengabdi lama dan berpengaruh di Kesultanan Kutai.
Jika ditelusuri secara rinci, maka gelar Encek itu disematkan kepada warga Kerajaan Melaka yang sedang mencari suaka di Kesultaan Kutai.
Tanggung jawab seseorang yang bergelar Aji, Awang, Dayang dan Encek apa?
Gelar kebangsawanan Aji, Awang , dayang dan Encek memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kelstarian adat dan istiadat leluhur.
Nah. Terdapat dua jenis gelar-gelar di atas yang berlaku, yakni
- Gelar Tutus, yakni turunan sedarah
- Gelar titis, yakni gelar yang diberikan kepada orang tertentu saja di luar lingkungan kesultanan sebagai simbol penghormatan jasa-jasanya.
Nah semua gelar kebangsawanan di atas, akan berlaku sepanjang masa, dan tidak dapat dicabut oleh pihak Kesultanan kapan pun.
Namun, ternyata hingga kini memang belum ada catatan resmi, yang menjelaskan jumlah pasti, berapa orang yang menyandang gelar bangsawan Aji, Awang, Dayang dan Encek.
Dan yang pasti mereka yang bergelar bangsawan Kutai itu, paling banyak bermukim di Tenggarong, Kalimantan Timur.
Nah itu tadi penjelasan Gelar Bangsawan Aji, Awang, Dayang dan Encek yang sangat khas di bumi etam Kalimantan Timur yang dihimpun dari ragam sumber.
Kredit Photo : Pos Kupang
Senarai Kepustakaan
Sofia, Lisda, dkk. 2017. Gelar Kebangsawanan Kesultanan Kutai Kartanegara Sebagai Status Sosial. Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6 No 2. DOI:10.30872/psikostudia.v6i2.2371