Sustainable living RGE
Aahhh.. menikmati gemulai tarian suku dayak asli di Kalimantan Timur, rasanya tiadalah jemu, dan mewajarkan sepasang mata ini tak mau berkedip memandangi ujung kepala hingga ujung kaki sang penari. Salahkah?
Paras ayu sang penari wanita, yang memakaikan pakaian adat khas dayak itu rasanya mudah menambah syahdu persembahan hiburan, kala berwisata di perkampungan suku dayak Banua etam Kaltim.
Karakteristik Khas pakaian adat suku dayak, akan terdapat kain penutup yang menjuntai sampai bawah lutut si sang penari. Di kepala mereka juga terselip bulu burung Enggang, beserta aksesoris manik-manik, tak lupa ikat pinggang yang menawan.
Melihat ke bagian atas outfit atau pakaian adat itu –lagi–, hadir pula rompi menawan yang sangat berkarakter khas suku dayak Kalimantan..
Terlihat, sang penari lelaki selalu gagah membawakan perisai yang terbuat dari kayu asli dari hutan, yang tergenggam kuat di kanan kirinya, dan sebilah senjata mandau pun ada ditangan kananya. Dia bergerak mengitari dengan gemulai sang penari wanitanya yang berada di dekatnya.
Wah, jika menikmati keindahan tariannya dengan seksama mudah mendapati fakta baru, jika pakaian adat suku dayak memang memiliki corak warna khas, dimana semua bahan pakaiannya mudah sekali dipetik dari alam.
Sesuai namanya, pakaian adat dayak itu bernama King Baba. Dalam bahasa dayak, kata ‘king’ artinya pakaian dan ‘baba’ adalah lelaki.
Nah, King Baba terbuat dari kulit kayu kapuo, atau warga lokaL menyebutnya dengan kayu pohon Ampuro. Selain dari serat kayu, suku dayak juga kerap menggunakan serat tumbuhan alami, untuk merancang pakaian mereka agar lebih unik dan terlihat menarik.
Di belantara kalimantan, kayu kapuo sangat berlimpah. Dan ternyata kandungan di dalam kulit kapuo itu memiliki kandungan serat yang tinggi, yang mudah dipipihkan, lantas dijemur di bawah sinar matahari saja.
Dan setelahnya, serat itu akan dihias pula dengan corak khas suku dayak dengan pewarna alami, dihias lukisan burung khas Kalimantan, yang dipercaya sebagai simbol dari penguasa alam semesta. Dimana burung Enggang dipercaya akan datang pada waktu yang sangat genting.
Nah, serat kayu tadi, akhirnya mudah membentuk pakaian adat dayak berbentuk Rompi King Baba itu, yang bercorakkan khas dayak. Dan pakaian adat King Baba akan siap memberikan sebuah kebanggan bagi siapa saja yang mengenakannya, kala bertandang ke banua etam, Kaltim ini, untuk berselfi ria. Mau coba?
Kebudayaan bangsa, yang mudah memantik nilai Sustainable living di kehidupan modern
Tak dipungkiri, jika nilai-nilai kebudayaan saat ini memang mudah sekali ya, dijajakan dalam etalase industri pariwisata kita, bukan?
Keindahan alam, tarian, pakaian adat, kuliner, dan pernak-pernik khas sebuah daerah menjadikan simbol wisata yang mudah dikapitalisasikan ke dalam bentuk materi warga lokal, guna menunjang aktivitas ekonomi harian mereka
Terpenting lagi, di sana kita juga mudah menemukan, sekaligus merasakan nilai sustainable living? Dimana, kita akan mudah merasakan masih lestarinya gaya hidup masyarakat yang mencoba mengurangi jejak karbon seminimal mungkin, dan seketika menjadikan kita adaptif ramah lingkungan.
Dan, gaya hidup masyarakat adat Kaltim, akhirnya memberikan setitik pencerahan terhadap pentingnya nilai-nilai keberlanjutan, keseimbangan alam dan mampu menghargai hubungan simbiosis antara manusia dengan ekologi serta siklus alam.
Dan –lagi- aktivitas berwisata budaya di Kaltim itu juga akan mudah menggali sisi manfaat dari ragam kearifan masyarakat lokalnya, yakni menjadikan inspirasi baru, yang mudah diaplikasikan ke dalam keseharian kita.
Coba saja, kala kita sudah berkesempatan mengenakan pakaian adat King Baba suku dayak Kalimantan itu, untuk berfoto ria, dan menjadikannya konten media sosial hari ini? Wah tentu momen itu akan memanen banyak like dan komentar di sana.
Dan –terpenting— momen itu akan mudah menyentil kesadaran kita sendiri, tentang seberapa besar jejak karbon yang sudah kita tinggalkan untuk Bumi ini? Dan seketika itu pula, outfit atau pakaian yang sedang kita kenakan, akan mudah dan mampu menjawabnya segera!
Bagaimana Hutan menuntun Sustainable living atas gaya hidup modern kita?
Apa yang kamu pikirkan tentang hutan, sih? Jawaban ini bisa saja memberikan ide baru untuk membuat status menarik hari ini di beranda media sosial kita.
Dimana Hutan akan merangkaikan kata, yang kalimatnya pasti akan menarik untuk dibaca bagi sirkel maya kita disana. Terutama kata-kata yang menggambarkan pentingnya kelestarian alam, dan hutan itu, dalam kehidupan bumi saat ini.
Salah-satunya adalah kala kita fasih menjelaskan heterogenitas jenis pohon yang ada di hutan, yang menjadikan kesempurnaan dari kekayaan nilai fungsi ekologis, yang mudah menjaminkan kelayakan kehidupan di sekitar hutan tadi.
Sebut saja, Kayu yang dihasilkan dari jenis-jenis pohon di hutan, sedari dulu hingga kini selalu saja menjadi sebuah komoditas yang teramat mahal, bukan? Terlebih, kini kebermanfaatan kayu malah mudah sekali mendukung gaya hidup modern nan ramah lingkungan, selain hanya untuk infrastruktur bangunan semata. Mengapa?
1. Kayu merupakan penunjang Sustainable fashion masyarakat modern kini dan nanti
Nah, menurut hasil penelitian UGM, kayu adalah bahan organik yang diproduksi dari aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menghidupkan aktivitas metabolisme primer dan sekunder, lantas menciptakan pembentukan sel-sel kayu.
Nah komponen primer penyusun kayu itu akan didominasi oleh fraksi gula yang bernama selulosa dan hemiselulosa, beserta Zat lignin-nya. Lantas komponen sekundernya berupa zat ekstraktif beserta zat anorganik.
Penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, ternyata sudah mampu mengembangkan manfaat zat selulosa yang keberadaannya hadir pada ragam tumbuhan, mulai tumbuhan tingkat rendah, hingga kayu pohon, seperti terdapat pada daun-nya. Dan kadar selulosa di dalam kayu sekitar 40-50%, dan jumlahnya itu akan bervariasi mengikuti jenis spesiesnya.
Dan beragam produk turunan dari selulosa tadi, berhasil menghasilkan rayon viskosa atau, benang rayon atau yang dapat digunakan sebagai bahan tekstil, yang bisa digunakan membuat pakaian dengan ragam mode terkini.
Lantas, penggunaan derivat selulosa dari rayon viskosa, sudah dirasakan oleh pelaku industri tekstil lebih efisien, dibandingkan penggunaan serat dari ulat sutera atau wol bulu hewan, dalam mendukung industri fashion modern.
Nah, produk rayon viskosa didapat dari proses prehydrolysis kraft, atau pelarutan Pulp. Pulp direndam ke dalam alkali dan karbon 5 sulfida, hingga bentuknya mudah dipintal. Produk rayon memiliki karakter yang unik, yakni nyaman dan enak digunakan dibandingkan tekstil dan serat polyester.
Fakta scientist hari ini, lantas mudah menyibak, bagaimana peran kayu hutan pasti mampu menjadikan sebuah ide untuk menghidupkan kembali Sustainable living lewat aplikasi Sustainable fashion masyarakat modern di perkotaan.
Dan sekaligus memampukan mereka menjalani aktivitas masyarakat dahulu, yang sanggup merawat alam, lewat penerapan Sustainable fashion yang mudah dipetik dari alam.
Singkat kata, Sustainable fashion merupakan sebuah konsep pembuktian kecintaan kita kepada alam dan budaya bangsa lewat cara apa berbusana. Dan, harapannya konsep gaya hidup Sustainable fashion mampu meredam dampak buruk lingkungan atas masifnya proses produksi pakaian atas gaya hidup modern kita saat ini.
2. Kelestarian hutan menjadikan indikator keberhasilan penerapan Sustainable living industri tekstil global
Nah, dalam laporan Mandiri Institute menyebutkan, jika tren investasi di perusahaan yang mengaplikasikan sisi Environmental, social and Governance (ESG) terus saja massif di skala Global.
ESG sendiri merupakan standar praktik bisnis yang fokus atas nilai keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan sosial dan tata kelola usaha yang baik.
Dan standart-standart itu dilihat dari ragam indexnya seperti S&P Dow Jones Sustainability World Index, SGX ESG Transparency Index serta IDX ESG Leaders.
Dan jika merujuk pada buku Business Sustainability : Concepts, Strategies and Implementation, disebutkan jika keberlanjutan atau Sustainability, merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya, dan meningkatkan nilai jangka panjang pemiliknya, dalam mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam strategi bisnisnya.
Dan rujukan itu kini sudah menjadikan resep keberhasilan banyak perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam mengadopsi ESG, dan meraup keuntungan yang stabil, untuk terus dapat beradaptasi terhadap lingkungan. Mengapa bisa?
- Karena, konsep sustainability, akan mampu membangun rantai pasokan yang lebih tangguh, dimana perusahaan akan mendapati sedikit masalah dalam pasokan bahan baku produksinya.
- Karena, Konsep sustainability juga mampu membangun basis pelanggan yang lebih loyal, dengan pertimbangan atas kesamaan tujuan pada sisi sosial dan lingkungan.
- Karena, Konsep sustainability juga mampu membangun reputasi bisnis, efektifitas dan efisiensi kerja.
Lantas bagaimana, perkembangan Perusahaan SDA yang beroperasi di Indonesia, yang menerapkan nilai-nilai ESG ini ya?
Sustainable living with Royal Golden Eagle
Nah, dalam pendekatan bisnis, istilah Sustainable fashion juga dapat diartikan sebagai daya upaya industri fashion, ikut mendorong perubahan dalam sistem produksinya ke dalam nilai ekologis dan keadilan sosial yang lebih baik dan besar lagi.
Dan tentu saja, daya-upaya ini akan mengharapkan dampak lebih baik pada kelestarian bumi, beserta kesejahteraan para pekerjanya. Nah, Konsep Sustainable fashion itulah yang akan menjawab sebuah tren dari masifnya problematika sampah tekstil dunia .
Data Ellen Mac arthur menyebut masyarakat dunia mampu membuang 12 hingga 14 ton sampah tekstil setiap detiknya.
Dan parahnya lagi, dominasi sampah tekstil itu berasal dari pakaian berbahan plastik seperti nilon, polyester dan akrilik yang merupakan turunan produk fosil minyak bumi.
Oleh sebab itu, fenomena itu akan menuntut hasil pengembangan ilmu pengetahuan terkini menjadi solusi, dan ikut menanamkan nilai keberlanjutan atas produk tekstil yang mudah dipetik dari alam, seperti memanfaatkan selulosa tumbuhan tadi.
Nah Royal Golden Eagle (RGE) merupakan perusahaan global berbasis sumber daya alam terbesar dan terbaik, yang telah berhasil menularkan Sustainable living itu atas manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial di banyak negara terhadap pemanfaatan komoditas kayu, untuk kepentingan produk tekstilnya..
Di Indonesia, lewat jaringan RGE, menempatkan Perusahaan Asia Pasifik Rayon (APR) yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, Riau, untuk mampu memberikan nilai keberlanjutan itu atas produk serat tekstil, benang dan kain dari bahan viscose dalam negeri, memanjakan Sustainable fashion yang menjadi tuntutan saat ini.
Teknologi modern yang dibawa APR, sudah mampu mengelaborasikan konsep sirkularitas, dalam memetik manfaat selulosa dan serat kayu tadi, yang akan menjadi bahan dasar, dalam memproduksi bahan viscose yang mudah terurai di alam dalam produknya, dan digunakan dalam produk tekstil global.
Nah, sebagai bagian dari perusahaan RGE, sejak 1973. APR sudah berhasil menjawab tantangan untuk menjadi produsen viskosa yang bertanggung jawab dan efisien berkelas dunia, dan mampu menghadirkan nilai bagi masyarakat, negara, iklim, pelanggan serta juga Perusahaan. Apa buktinya?
- Hal itu sudah dibuktikan dengan ragam sertifikasi yang telah diperoleh, dari ragam lembaga yang berbeda, salah satunya oleh oleh badan internasional, Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), yang menilai tata kelola tata kelola perkebunan berkelanjutan, dalam memetik bahan dasar bubur kayunya untuk menghasilkan produk viskosa. Serta penilaian kelayakan produk, dari sisi biodegradable atau sifat keteruraiannya produk viskosa di alam.
- APR juga menerima penghargaan Standard 100 oleh OEKO-TEX,. Penghargaan itu ingin meyakinkan jika produk APR atas produk rayon viskosanya bebas dari kandungan berbahaya dan aman bagi bayi dan anak-anak.
- Penghargaan National Lighthouse Industry 4.0, yang diberikan kepada Perushaaan yang berhasil menggunakan dan mengoptimalkan teknologi dalam operasiolnya dari Kementrian Perindustrian.
- Sertifikasi Cradle to Cradle (C2C) tingkat perak, yang menjaminkan bahawa zat kimia yang digunakan dalam produksi serat APR memenuhi kriteria ketat institut.
- APR juga memperoleh sertifikasi International Standar Organization (ISO), Integrated Management System (IMS) 9001:2015 sistem penjamin mutu, 14001:2015 sistem manajemen Lingkungan, dan 45001:2018 sistem kesehatan keselematan kerja dan sistem manajemen.
Yuk mempertimbangkan Sustainable fashion, sebagai standar Sustainable living di kehidupan kita!
Nah, sadar atau tidak, dalam memilihkan mode pakaian harian guna mendukung gaya hidup modern. Kita selalu saja menjadikan istilah fast fashion dan slow fashion sebagai pertimbangan utamanya.
Istilah slow fashion merupakan lawan dari fast fashion, dimana produsen pakaian, telah mampu menghasilkan kualitas produk pakaian yang baik dari sisi durasi pemakaian produk pakaiannya, yang lebih lama.
Oleh sebab itu slow fashion oleh sang produsen pakaian, akan membuat harga pakaian produksinya menjadi mahal yang menyesuaikan keunggulan kualitasnya, yang berhasil menanamkan nilai ramah lingkungan.
Namun,yang terjadi saat ini, targeting pasar produsen pakaian atas fast fashion lebih diminati konsumen, dengan alasan harga yang terjangkau, namun produk pakaiannya tidak ramah lingkungan berbahan plastik.
Oleh sebab itu, tren fast fashion kian mengkhawatirkan saja bukan?
Terutama mengenai masalah limbah tekstil, polusi udara karena pembakaran pakaian bekas, belum lagi dari sisi eksploitasi anak-anak yang menjadi pekerja di industri tekstil berupah rendah.
Bank dunia menyebut, jika limbah tekstil merupakan pencemar air kedua terburuk di dunia, setelah limbah industri. Dari 200 miliar potong pakaian dunia yang diproduksi per tahunnya, hampir 85% berakhir menjadi limbah tekstil di tempat sampah.
Nah, di Indonesia fenomena itupun massf menghantui jua, catatan Bank Dunia sebutkan, sekitar 33 juta ton pakaian yang diproduksi, setiap satu tahunnya, meninggalkan satu juta ton pakaian tadi itu menjadi sampah tekstil.
Oleh sebab itu, –lagi– aktivitas Sustainable fashion akan semakin mendesak dilakukan seiring masifnya sampah plastik yang mengotori lingkungan kita.
Bagaimana mengenali produk Sustainable fashion?
Nah, menyimak konsep Sustainable fashion dari awal, yang berupaya mengembalikan ekosistem lingkungan agar terjadi keseimbangan, lewat trend fashion.
Dan tentu saja akan memberikan pembeda atas produk-produk Sustainable fashion yang akan dihasilkan. lantas, bagaimana bisa kita mengenal semua produk yang dihasilkannya?
1. Produk Sustainable fashion pasti bukan merupakan produk hewani
Kulit hewan memang sudah, dan sedang ramai menjadi trend fashion jua saat ini, bukan? Dimana bagian tubuhnya dapat dijadikan bahan pakaian, dan dijadikan produk branded penggunanya.
Oleh sebab itu Sustainable fashion akan mengalihkan penggunaan bahan pakaian berbahan dasar hewan ke bahan organik saja, seperti katun, wol, tencel, sutera, kayu dan juga serta pisang dan karet.
2. Sustainable fashion selalu menggunakan pewarna alami
Pewarna memang menjadikan komponen yang mutlak dalam memberikan kemenarikan sebuah produk pakaian. Oleh sebab itu, banyak sekali ragam pewarna buatan yang terbuat dari bahan kimia yang turut meramu corak pakaian, dalam menyediakan pilihan model pakaian.
Nah, standarisasi penerapan Sustainable fashion selalu menggunakan pewarna alami, yang bisa dipetik dari serat buah-buahan.
Dan terpenting bahan yang digunakan mendapatkan sertifikasi OEKO-TEX STANDAR 100. Standarisasi ini penting, untuk menghambat penggunaan bahan kimia tekstil sebagai pewarna pakaian, yang dapat merusak lingkungan.
3. Produk Sustainable fashion mudah didaur ulang
Nah, keistimewaan produk eco-fashion yang dihasilkan dari proses Sustainable fashion juga akan mudah tercipta dari bahan baku atau material sisa lho.
Artinya, bahan Sustainable fashion tadi akan mengalami proses pengulangan produksinya, dan tentu akan bermaksud menekan jumlah limbah produksi.
Meskipun begitu, produk daur ulang, produk dari bahan limbah, produk baru eco-fashion akan tetap memberikan kenyaman yang sama baiknya seperti produk pakaian lainnya.
Bagaimana menerapkan Sustainable fashion di keseharian kita?
Dalam prakteknya Sustainable fashion tidak berbicara tentang bagaimana langkah kita bersama mengurangi dampak negatif limbah tekstil terhadap lingkungan.
Namun juga harus mampu menjawab pokok masalah lainya, mengenai peningkatan kesejahteraan pekerja tekstil dari hulu hingga hilirnya, dalam hal keseimbangan hak dan kewajiban mereka.
Oleh sebab itu, bagaimana langkah nyata kita bersama menerapkan Sustainable fashion itu?
1. Mencintai dan menggunakan produk eco fashion lokal
Mendukung Sustainable fashion dengan cara memilih brand lokal, mudah menjadikan bukti keberhasilan penerapan Sustainable fashion dalam keseharian kita.
Dimana dengan proses produksinya yang berada dekat dengan konsumennya, akan memotong jalur distribusi yang berpotensi mengurangi emisi karbon bagi bumi. Padahal, produk lokal dengan bahan eco-fashion saat ini, juga tidak kalah dengan brand import.
2. Memilih model pakaian yang bisa digunakan kapan saja dan berdurasi lama
Menggunakan sebuah model pakaian tentu biasanya selalu saja menyesuaikan waktu tertentu, bukan? Namun, mulai sekarang hendaknya kita mampu mempertimbangkan menggunakan pakaian yang timeless, artinya pakaian itu bisa dipakai kapan saja dan dalam waktu yang lama. Model pakaiannya bisa saja berupa jaket, kaos oblong dan juga kemeja.
Dan, seharusnya kita juga dapat memilih baju yang berwarna netral saja, agar penampakannya mudah bersatu dengan model fashion lainnya, kala menggunakannya.
3. Membiasakan menggunakan model pakaian lebih lama sebelum membeli yang baru
Terkadang keinginan membeli pakaian baru memang sebuah kewajaran, bukan? Namun keinginan itu harusnya juga harus mempertimbangkan kapasitas lemari yang akan mampu menampung pakaian kita.
Nah, dengan memberikan target usia pakai pakaian yang relatif lama, tentu kita bisa menargetkan pula waktu yang tepat untuk membeli pakaian baru lagi.
Dan terpenting, kita harus memiliki pertimbangan atas fungsi pakaian kita, agar kebermanfaatan pakaian tadi, bisa digunakan kapan saja, dan lebih optimal
4. Mulai mandiri memperbaiki kerusakan kecil di pakaian
Ternyata skill menjahit itu sangat perlu dalam menerapkan Sustainable fashion. Dengan skill mampu memperbaiki pakaian yang sobek atau kancing lepas, kita bisa mengurangi limbah pakaian, agar tidak lekas dibuang ke tong sampah.
Jika pakaian masih layak digunakan, setelah dijahit atau diperbaiki, mengapa tidak dipakai saja lagi?
Memilih eco-Rompi, sebuah jalan Sustainable fashion modern-ku!
Nah, menarik lagi mode pakaian adat dayak King Baba yang menyerupai Rompi itu, ternyata menjadikan sebuah inspirasi dalam penerapan Sustainable fashion yang dilakukan oleh siapa saja.
Coba lihat bentuknya, Rompi yang merupakan baju luaran tanpa lengan, yang biasanya dipakai di luar kemeja, dna juga dasi.
Model Rompi selain dapat digunakan dalam kondisi formal juga dapat digunakan dalam kondisi non-formal bersantai ria.
Membayangkan masyarakat adat dayak menggunakan dalam kehidupan harian mereka tentu menjadikan sebuah kebanggaan dan kenyamanan menjalani Sustainable living bukan?
Begitupun, kita bisa pula merasakan ketika menggunakan model pakaian Rompi modern kini, yang sekilas sama dengan rompi ala King Baba itu?
Nah dengan kemajuan teknologi, telah mampu membuat model rompi modern dan rompi tradisional yang mudah bernilai Sustainable itu, yang sama-sama mudah dipetik dari alam.
Nah, dengan bahan viscose dari serat halus yang diproduksi APR, membuat model pakaian apa saja yang kita kenakan akan menjadi lembut, dan serasa bernafas, bak katun, sehalus sutra, terasa ringan, serta mudah memberikan warna pakaian lebih bercahaya dan pasti membanggakan.
Yuk mulai Sustainable living lewat upaya Sustainable fashion sekarang juga!
Photo cover Artikel : Kompas